Dari waktu ke waktu,
kebudayaan selalu mengalami perubahan. Terlebih terhadap kebudayaan masyarakat
juga mengalami pertemuan saling silang dengan kebudayaan masyarakat atau
kelompok masyarakat lain. Seiring dengan
perjalanan waktu, lambat laun akan terus bergerak dan menggerogoti
kebudayaan-kebudayaan dan mengikis kemurnian budaya di tengah masyarakat. Tidak
tertutup kemungkinan dalam keragaman kebudayaan akan hilang makna dan pada
akhirnya akan keluar dari bingkai budaya.
Mengantisipasi kondisi
tersebut, perlu penguatan akar kebudayaan untuk tetap berada dalam lingkaran
budaya yang sesungguhnya. Masyarakat sebagai penganut budaya bangsa, harus
memiliki kekuatan penuh untuk dapat memilih dan memilah terhadap gempuran budaya luar yang terus menggembosi
kebudayaan-kebudayaan masyarakat.
Sekadar diketahui bahwa
kebudayaan hanya dimiliki oleh masyarakat manusia yang tidak diturunkan secara
cepat, tetapi diperoleh melalui proses belajar. Kebudayaan didapat, didukung,
dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan juga
merupakan pernyataan atau perwujudan dari kehendak, perasaan, dan pikiran
manusia.
Memaknai kebudayaan yang
sesungguhnya ibarat bulan yang menyinari jagad bumi. Sama dengan petuah leluhur
masyarakat Bugis dan Makassar yang bunyinya ”Malilu Sipakainga, dan Mali
Siparappe”. Artinya saling mengingakan
kepada sesama manusia untuk tidak saling melupakan, serta saling membantu dan
menolong kepada sesama manusia. Konsepsitas petuah tersebut telah mendarahdaging dalam
runutan budaya masyarakat Bugis dan Makassar. Tidak mengherankan bila
simpatisme dan sosialisme menjadi pilar budaya yang utama di tengah-tengah
masyarakat.
Kita dapat melihat dalam
kehidupan sehari - hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan, tetapi
mereka belum paham arti kebudayaan itu
sendiri. Setiap hari orang melihat, mempergunakan dan bahkan kadang - kadang
merusak kebudayaan. Mereka tidak menyadari bahwa kebudayaan itu merupakan warisan
dari nenek moyang yang seharusnya kita lestarikan.
Dalam kehidupan yang lebih
maju dan modern saat ini telah menyadarkan banyak orang bahwa kebudayaan
mempunyai peranan dan kedudukan penting dalam proses pembangunan. Proses
perubahan kebudayaan itu berjalan terus - menerus dan berkesinambungan. Setiap
masyarakat akan mengalami perubahan baik secara lambat maupun secara cepat. Kesadaran
itu muncul bukan semata - mata karena banyaknya masalah - masalah sosial budaya
yang timbul tetapi pendekatan kebudayaan tampaknya lebih berkemampuan.
Kebudayaan sebagaimana
diterangkan di atas, dimiliki oleh setiap masyarakat. Perbedaannya terletak
pada kebudayaan masyarakat yang satu lebih sempurna daripada kebudayaan
masyarakat lain di dalam perkembangannya untuk memenuhi segala keperluan
masyarakat. Misalnya sejak zaman dahulu manusia telah melakukan berbagai aktifitas
yang membudaya atau turun temurun dari generasi ke generasi. Baik manusia
berkebudayaan kuno ataupun modern, semuanya bekerja guna bertahan hidup. Yang
membedakan hanya jenis - jenis pekerjaan yang dilakukan.
Satu hal yang perlu diketahui,
kebudayaan dihasilkan manusia dalam usahanya mempertahankan hidup,
mengembangkan keturunan, dan meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala
keterbatasan kelengkapan jasmaninya serta sumber - sumber alam yang ada
disekitarnya. Atas dasar itu, kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan
tanggapan manusia terhadap tantangan - tantangan yang dihadapi dalam proses
penyesuaian diri mereka dengan lingkungan.
Secara sederhana seperti yang
biasa kita lihat yaitu kesenian. Kesenian dapat diartikan sebagai hasrat manusia terhadap keindahan. Bentuk
keindahan yang beraneka ragam itu timbul dari permainan imajinasi kreatif yang
dapat memberikan kepuasan batin bagi manusia. Dalam bahasa kesenian, manusia
tidak berbicara dengan pikirannya melainkan langsung mengadakan komunikasi
dengan perasaannya. Pada saat itu terpancarlah satu kegairahan kreasi spontan
yang membawa seniman keluar dari kehidupan sehari - hari dan masuk ke dalam
dunia yang penuh keindahan, kebesaran, kegirangan, akan tetapi juga penuh
dengan kesedihan.
Supaya hasrat manusia akan
keindahan itu tersalurkan dan dapat dinikmati, maka kesenian harus menjelma
dalam sebuah bentuk nyata. Setiap masyarakat memiliki bentuk kesenian yang
berbeda sesuai dengan keadaan masyarakatnya. Kesenian yang berkembang dalam
kelompok masyarakat perkotaan berbeda dengan masyarakat pedesaan. Kesenian
masyarakat modern berbeda pula dengan kesenian masyarakat tradisional.
Perbedaan tersebut disebabkan antara lain oleh sistem nilai, kondisi alam dan
lingkungan, serta tatanan sosial - budaya.
Selain dari pada itu kita
lihat dari pakaian. Pada
awalnya motivasi orang memakai pakaian adalah untuk melindungi badan dari cuaca
panas dan dingin. Ketika itu bentuk pakaian amat sederhana. Bahannya bisa
berasal dari kulit tumbuhan, kulit binatang, bahkan dedaunan.
Seiring berkembangnya pola
pikir manusia, lambat laun motivasi tentang berpakaian pun berubah. Bahan
pakaian yang berasal dari alam mulai ditinggalkan dan beralih kepada bahan -
bahan yang lebih praktis serta memberi kenyamanan bagi sang pemakai. Bentuk
pakaian yang semula asal - salon menutup tubuh, berubah menjadi beragam model
pakaian. Mereka seolah tidak puas dengan semua itu, celana yang dikenakan pun
tak jauh dari bajunya. Kesemuanya itu merupakan hasil ciptaan manusia melalui
suatu kreatifitas budaya.
Selanjutnya, perkembangan
tentang pakaian memasuki wilayah gaya (mode). Dari tahun ketahun model pakaian
terus berkembang. Pengembangan bahan juga terus berlangsung demi menemukan
pakaian yang paling nyaman dikenakan. Akhirnya, berkembanglah industri -
industri pakaian yang mencoba menawarkan produknya kepada para konsumen.
Rentetan peristiwa tersebut
merupakan contoh dinamika kebudayaan. Pandangan tentang pakaian selalu bergerak
mengikuti arus keinginan masyarakat. Hal tersebut tidak mengejutkan, mengingat
dinamika seperti ini juga terjadi pada kebudayaan yang lain.
Dari contoh di atas, masih ada
contoh lain yang berkembang pada kebudayaan Indonesia. Kita dapat lihat dari
segi agama (religi). Asal mula terjadinya atau terbentuknya religi dalam
masyarakat adalah adanya keyakinan akan adanya kekuatan sakti dalam hal - hal
yang luar biasa dan gaib. Keyakinan akan adanya kekuatan sakti yang tidak
tercerap indra itu kemudian meluas menjadi keyakinan bahwa segala hal yang
diperlukan manusia dalam kehidupannya, seperti tumbuh - tumbuhan dianggap
memiliki jiwa dan dapat berpikir seperti manusia. Setelah itu, berkembang lagi
keyakinan tentang adanya berbagai macam roh yang seakan - akan memiliki
identitas serta kepribadian sendiri - sendiri (animisme dan dinamisme).
Selanjutnya, keyakinan itu berkembang menjadi keyakinan akan adanya berbagai
macam dewa yang menjadi penyebab dari segala adat istiadat dan kepandaian
manusia. Pada akhirnya keyakinan itu berkembang menjadi keyakinan akan adanya
suatu zat yang menguasai alam semesta. Dari titik inilah agama - agama besar di
dunia seperti Kristen dan Islam mulai berkembang.
Didalam pengalaman manusia,
kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia, walaupun hal
itu jarang disadari oleh manusia sendiri. Gejala tersebut secara singkat dapat
diterangkan dengan penjelasan bahwa walaupun kebudayaan merupakan atribut
manusia. Namun tak mungkin seseorang mengetahui dan meyakini seluruh unsur
kebudayaannya. Betapa sulitnya bagi seorang individu untuk menguasai seluruh
unsur - unsur budaya yang didukung oleh masyarakat. Sehingga, seolah - olah
kebudayaan dapat dipelajari secara terpisah dari manusia yang menjadi
pendukungnya. Jadi perubahan budaya sebenarnya merupakan suatu proses yang
wajar terjadi dalam kehidupan masyarakat. Namun demikian, sering terjadi pada
kasus - kasus tertentu, perubahan tersebut menimbulkan adanya sikap setuju dan
tidak setuju dari individu atau kelompok masyarakat tertentu.
Selain itu, kebudayaan
mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam
kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota - anggotanya seperti
kekuatan alam, maupun kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri yang
tidak selalu baik baginya. Kecuali itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula
kepuasan, baik dibidang spiritual maupun materiil. Kebutuhan - kebutuhan
masyarakat tersebut di atas, untuk sebahagian besar dipenuhi oleh kebudayaan
yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagian besar, oleh
karena kemampuan manusia sangatlah terbatas, dengan demikian kemampuan
kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi
segala kebutuhan hidupnya.
Semua budaya diteruskan dan
diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya melalui proses belajar,
bukan diwariskan secara biologis. Artinya, seorang anak tidak akan secara
otomatis pandai berbicara, terampil bermain dengan sesama anak sebayanya, atau
patuh akan segala tradisi yang terdapat pada lingkungan sosial budayanya.
Melalui proses panjang,
seorang individu semenjak dilahirkan akan belajar berintegrasi dengan
lingkungan sosialnya. Ia juga akan belajar menyatukan dirinya dengan lingkungan
budayanya. Di samping itu, melalui pengembangan budaya yang dilakukan, manusia
mampu membentuk berbagai tipe adaptasi sesuai dengan potensi alam yang
tersedia.
Berdasarkan proses kebudayaan
di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya isangat mudah kita lakukan, tetapi harus
ada komitmen dan kemauan besar menyertainya. Dengan demikian sistem nilai dan
gagasan dari budaya tersebut dapat dihayati betul oleh pendukung budaya dalam
kurun waktu tertentu.
Tidak terkecuali sebagai
generasi penerus bangsa untuk lebih proaktif mengembangkan budaya bangsa Indonesia,
sehingga nantinya dapat terjaring semua motivasi dan pola pikir ke arah yang
lebih baik dan lebih cerah serta bisa dihasilkan berbagai karya berdasarkan
nilai, cara berpikir, dan pola tingkah laku yang berbudaya. Dengan demikian, akar
kebudayaan tetap berkembang dan lestari sebagai perwujudan keragaman bangsa
dalam bingkai budaya. (*)