Senin, 05 Mei 2014

BAHASA JURNALISTIK

Agar penulis mampu memilih kosakata yang tepat mereka dapat memperkaya kosakata dengan latihan penambahan kosakata dengan teknik sinonimi, dan antonimi. Dalam teknik sinonimi penulis dapat mensejajarkan kelas kata yang sama yang nuansa maknanya sama atau berbeda. Dalam teknik antonimi penulis bisa mendaftar kata-kata dan lawan katanya. Dengan cara ini penulis bisa memilih kosakata yang memiliki rasa dan bermakna bagi pembaca. Jika dianalogikan dengan makanan, semua makanan memiliki fungsi sama, tetapi setiap orang memiliki selera makan yang berbeda. Tugas jurnalis adalah melayani selera pembaca dengan jurnalistik yang enak dibaca dan perlu. (Slogan Tempo). Dalam hubungannya dengan prinsip penyuntingan bahasa jurnalistik terdapat beberapa prinsip yang dilakukan (1) balancing, menyangkut lengkap-tidaknya batang tubuh dan data tulisan, (2) visi tulisan seorang penulis yang mereferensi pada penguasaan atas data-data aktual; (3) logika cerita yang mereferensi pada kecocokan; (4) akurasi data; (5) kelengkapan data, setidaknya prinsip 5wh, dan (6) panjang pendeknya tulisan karena keterbatasan halaman. Bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian surat kabar dan majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa jurnalistik itu harus jelas dan mudah dibaca dengan tingkat ukuran intelektual minimal. Menurut JS Badudu (1988) bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar dan jelas. Sifat-sifat itu harus dimiliki oleh bahasa pers, bahasa jurnalistik, mengingat surat kabar dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Oleh karena itu beberapa ciri yang harus dimiliki bahasa jurnalistik di antaranya: Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.  Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung didalamnya. Menerapkan prinsip 5 wh, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata.  Sederhana, artinya bahasa pers sedapat-dapatnya memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya (bombastis).  Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga . Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.  Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan/pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, seyogyanya bahasa jurnalistik menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif. Namun seringkali kita masih menjumpai judul berita: Tim Ferrari Berhasil Mengatasi Rally Neraka Paris-Dakar. Jago Merah Melahap Mall Termewah di Kawasan Jakarta. Polisi Mengamankan Oknum Pemerkosa dari Penghakiman Massa. Penyusunan bahasa jurnalistik dalam surat kabar berbahasa Indonesia, yang menjadi fakta-fakta harus cepat dipahami oleh pembaca dalam kondisi apa pun agar tidak melanggar prinsip prosesibilitas ini. Bahasa jurnalistik Indonesia disusun dengan struktur sintaksis yang penting mendahului struktur sintaksis yang tidak penting Perhatikan contoh berikut: Pangdam VIII/Trikora Mayjen TNI Amir Sembiring mengeluarkan perintah tembak di tempat, bila masyarakat yang membawa senjata tajam, melawan serta tidak menuruti permintaan untuk menyerahkannya. Jadi petugas akan meminta dengan baik. Namun jika bersikeras dan melawan, terpaksa akan ditembak di tempat sesuai dengan prosedur (Kompas, 24/1/99) Ketua Umum PB NU KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) mengadakan kunjungan kemanusiaan kepada Ketua Gerakan Perlawanan Timor (CNRT) Xanana Gusmao di LP Cipinang, Selasa (2/2) pukul 09.00 WIB. Gus Dur didampingi pengurus PBNU Rosi Munir dan staf Gus Dur, Sastro. Turut juga Aristides Kattopo dan Maria Pakpahan (Suara Pembaruan, 2/2/99) Contoh (1) terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat pertama menyatakan pesan penting dan kalimat kedua menerangkan pesan kalimat pertama. Contoh (2) terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat pertama menyatakan pesan penting dan kalimat kedua serta kalimat ketiga menyatakan pesan yang menerangkan pesan kalimat pertama. Prinsip kejelasan, yaitu agar teks itu mudah dipahami. Prinsip ini menganjurkan agar bahasa teks menghindari ketaksaan (ambiguity). Teks yang tidak mengandung ketaksaan akan dengan mudah dan cepat dipahami. Perhatikan Contoh: Ketika mengendarai mobil dari rumah menuju kantornya di kawasan Sudirman, seorang pegawai bank, Deysi Dasuki, sempat tertegun mendengar berita radio. Radio swasta itu mengumumkan bahwa kawasan Semanggi sudah penuh dengan mahasiswa dan suasananya sangat mencekam (Republika, 24/11/98) Wahyudi menjelaskan, negara rugi karena pembajak buku tidak membayar pajak penjualan (PPN) dan pajak penghasilan (PPH). Juga pengarang, karena mereka tidak menerima royalti atas karya ciptaannya. (Media Indonesia, 20/4/1997). Contoh (3) dan (4) tidak mengandung ketaksaan. Setiap pembaca akan menangkap pesan yang sama atas teks di atas. Hal ini disebabkan teks tersebut dikonstruksi oleh kata-kata yang mengandung kata harfiah, bukan kata-kata metaforis. (*)

JENIS-JENIS PENELITIAN

Dunia ilmiah tidak terlepas dari kegiatan penelitian, karena hanya dengan penelitianlah ilmu dapat dikembangkan secara ilmiah. Siapa pun yang ingin meningkatkan hasil untuk apa saja yang sedang ia tekuni, membutuhkan kegiatan penelitian. Penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu. Pengumpulan data dan analisis data menggunakan metode ilmiah, baik yang bersifat kuantitataif ataupun kualitatif, eksperimental atau non eksperimental, interaktif atau non interaktif. Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan dengan cara mengembangkan dan menguji teori. 1. Penelitian Ditinjau dari Caranya Secara garis besar, peneliti dapat melakukan penelitian dari yang sifatnya ‘pasif’ hanya meneliti objek yang ada di suatu kancah sampai dengan jenis penelitian yang menuntut peneliti untuk melakukan sesuatu. Ada tiga cara penelitian dilakukan, yaitu (1) description research atau penelitian deskriptif, (2) operation research (action research) atau penelitian tindakan, dan (3) experimen atau eksperimen (Arikunto, 2013:2). a. Description Research (Penelitian Deskriptif) Istilah “deskriptif” berasal dari istilah bahasa Inggris to describe yang berarti memaparkan atau menggambarkan sesuatu, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain. Dengan demikian yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk meneliti keadaan, atau ha-hl lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian deskriptif merupakan penelitian paling sederhana dibanding penelitian-penelitian lain, karena peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek atau wilayah yang diteliti. Artinya, peneliti tidak mengubah, menambah, atau mengadakan manipulasi terhadap objek atau wilayah yang diteliti, melainkan hanya memotret apa yang terjadi pada diri objek atau wilayah yang diteliti, kemudian memaparkan apa yang terjadi dalam bentuk laporan penelitian secara lugas, seperti apa adanya (Arikunto, 2013:3). Ada lima jenis penelitian deskriptif antara lain: 1) Penelitian Deskriptif Murni atau Survei Penelitian deskriptif murni merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah tertentu. Data yang terkumpul diklasifilasikan menurut jenis, sifat, atau kondisinya. Sesudah datanya lengkap, kemudian dibuat kesimpulan Penelitian deskriptif murni yang dilaksanakan dalam kancah yang lebih luas disebut dengan istilah survei. Jenis penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, biasanya dimaksudkan sebagai penelitian pendahuluan yang akan ditindaklanjuti dengan upaya lain, misalnya akan membangun dam besar, pasar, dan lain-lain. 2) Penelitian Korelasi Penelitian korelasi atau korelasional adalah penelitian untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan, atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada. Ada dua jenis penelitian korelasi yaitu korelasi sejajar dan korelasi sebab akibat. 3) Penelitian Komparasi Kata ‘komparasi’ dalam bahasa Inggris comparation, yang berarti perbandingan. Makna dari kata tersebut menunjukkan bahwa dalam penelitian ini peneliti bermaksud membandingkan kondisi yang ada di dua tempat, apakah kedua kondisi tersebut sama, atau ada perbedaan, dan jika ada perbedaan, kondisi di tempat mana yang lebih baik. 4) Penelitian Penelusuran (Tracer Study) Penelitian penelusuran berasal dari kata ‘telusur’, yaitu mencermati jalan yang sudah dilalui atau menelusuri apa yang terjadi di masa lalu, atau dengan kata lain ‘melacak’. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di masa lalu dan apa akibat masa lalu tersebut pada masa kini. Dengan kata lain, sebenarnya peneliti ingin mengetahui tentang keefektifan kinerja masa lalu dan dampaknya untuk masa sekarang. 5) Penelitian Evaluasi Istilah ‘evaluasi’ hampir setiap orang, terutama kalangan pendidikan. Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data atau informasi untuk dibandingkan dengan kriteria, kemudian diambil kesimpulan. Kesimpulan inilah yang disebut sebagai hasil evaluasi. Yang dimaksud dengan kriteria dalam evaluasi pendidikan adalah ketentuan yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional. Penelitian evaluasi atau evaluatif bermaksud mengumpulkan data tentang implementasi kebijakan. Dengan demikian manfaat hasil penelitiannya juga untuk pihak yang membuat kebijakan. Sebenarnya tujuan penelitian untuk mengetahui keterlaksanaan kebijakan, bukan hanya pada kesimpulan sudah terlaksana atau tidaknya, tetapi ingin mengetahui apa sebabnya jika belum terlaksana dengan baik, di mana letak kelemahannya, dan apa penyebab kelemahannya. Dengan adanya penelitian ini, sebuah lembaga dapat meningkatkan mutu kinerjanya, atau dngan kata lain, penelitian ini bermanfaat sebagai pengembangan kualitas atau quality improvement. 2. Penelitian Ditinjau dari Tujuan Ditinjau dari tujuan, terdapat penelitian eksploratif, penelitian pengembangan (developmental), dan penelitian verifikatif. Penelitian eksploratif jika seorang peneliti ingin menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu, misalnya penyebab terjadinya kematian penduduk secara berturut-turut di sebuah desa. Penelitian pengembangan (developmental) bertujuan untuk mengadakan percobaan dan penyempurnaan, misalnya proses belajar mengajar diteliti dan diadakan penyempurnaan seperlunya. Penelitian verifikatif bertujuan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian lain. 3. Penelitian Ditinjau dari Pendekatan Terdapat dua jenis pendekatan yang dapat dilakukan apabila peneliti bermaksud meneliti perkembangan kemampuan berpikir anak, yaitu pendekatan bujur (longitudinal) dan pendekatan silang (cross-sectional). Pendekatan bujur (longitudinal) mengamati subjek yang sama dengan kondisi yang sama, misalnya apabila peneliti melakukan pencatatan di bulan Juni, maka pencatatan-pencatatan berikutnya harus dilakukan pada bulan yang sama. Kelemahnnya, waktu penelitian sangat lama dan dikhawatirkan dalam jangka waktu yang lama ini telah banyak perubahan kondisi karena perkembangan zaman. Berbeda dengan pendekatan bujur, pendekatan silang (cross-sectional) tidak menggunakan subjek yang sama, misalnya dalam waktu bersamaan, peneliti mengadakan pencatatan tentang perkembangan berpikir anak-anak sekolah dasar secara serentak, yaitu kelas I, II, III, IV, V, dan VI. Jelas, satu hal yang menguntungkan adalah datanya dapat terkumpul dengan cepat. Akan tetapi subjek yang berbeda-beda perlu mendapatkan perhatian dan pertimbangan karena perkembangan seseorang atau kelompok satu tahun yang akan datang, mungkin ada perbedaan atau bahkan sangat berlawanan keadaannya dengan perkembangan kelompok yang satu tahun lebih tua. 4. Penelitian Ditinjau dari Bidang Ilmu Berkenaan dengan jenis spesialisasi dan interes, maka tentu saja bidang ilmu yang diteliti banyak sekali ragamnya menurut siapa yang mengadakan penelitian. Ragam penelitian ditinjau dari bidangnya adalah penelitian pendidikan, ekonomi, kesehatan, keteknikan, ruang angkasa, pertanian, perbankan, kedokteran, keolahragaan, dan sebagainya. 5. Penelitian Ditinjau dari Tempatnya Ditinjau dari tempatnya, penelitian terdiri atas penelitian laboratorium, penelitian kepustakaan, misalnya analisis isi buku (content analysis), dan penelitian kancah atau penelitian lapangan. Sesuai bidangnya, penelitian kancah akan berbeda-beda tempatnya. Kancah penelitian pendidikan bukan hanya di sekolah, tetapi dapat juga di keluarga, di masyarakat, dan di tempat lain, asalkan semuanya mengarah pada tercapainya tujuan pendidikan. 6. Penelitian Ditinjau dari Hadirnya Variabel Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian (points to be noticed) yang menunjukkan variasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dari istilah “variabel” itulah terkandung makna variasi. Variabel juga disebut dengan istilah “ubahan” karena dapat berubah-ubah, bervariasi. Contoh: Usia tingkat kecerdasan, tingkat kedisiplinan, kekayaan, dan lain-lain adalah variabel karena antara satu orang dengan lainnya terdapat variasi atau perbedaan. Apabila dilihat dari saat terjadinya, ada variabel masa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang. Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan/menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif (to describe) = menggambarkan/membeberkan. Penelitian ditinjau dari hadirnya variabel dapat dibedakan menjadi 3, yaitu (a) penelitian “variabel masa lalu”, (b) penelitian “variabel saat ini” dan (c) penelitian “variabel masa mendatang.” a. Penelitian “Variabel Masa Lalu” Yang dimaksud penelitian ‘masa lalu’ adalah penelitian tentang variabel yang kejadiannya sudah terjadi sebelum penelitian dilaksanakan. Istilah untuk penelitian ini adalah ex post facto. b. Penelitian “Variabel Saat Ini” Penelitian yang dilakukan terhadap variabel yang kejadiannya “saat ini” merupakan penelitian yang dikenal dua dekade terakhir, yaitu penelitian tindakan. Dalam penelitian model ini peneliti dengan sengaja memunculkan variabel yang dikenakan kepada subjek tindakan. Dalam penelitian model ini peneliti dengan sengaja memunculkan variabel yang dikenakan kepada subjek tindakan. Ketika proses kejadian tindakan berlangsung oleh peneliti, proses tersebut diamati secara seksama karena memang yang diutamakan bagaimana proses tindakan tersebut berlangsung dan bagaimana dampaknya. c. Penelitian “Variabel yang Akan Datang” Penelitian yang menghadirkan variabel, yaitu dengan sengaja membuat agar ada variabel yang hadir, kemudian diteliti dan dicermati bagaimana dampaknya. Inilah yang dikenal dengan penelitian eksperimen atau penelitian percobaan. Dengan penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengetahui akibat atau dampak sesuatu kejadian atau variabel yang dihadirkan peneliti. Ada beberapa jenis penelitian eksperimen yaitu eksperimen satu kali tembak (one shoot case study), eksperimen perbandingan perlakuan tanpa ada pretest, dan eksperimen perbandingan sempurna, dengan model pretest, pemberian perlakuan berbeda, kemudian posttest. 7. Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Akhir-akhir ini banyak dibicarakan orang tentang penelitian kualitatif. Sesuai kebiasaan, orang lebih menyenangi orang baru, lalu ada kecenderungan adanya “pandangan lebih” terhadap hal yang baru tersebut. Ketika penelitian kualitatif sedang diperkenalkan kira-kira tahun 1990, pandangan mata peneliti, khususnya peneliti muda, memicing ke arah itu. Sebagai efek dari pandangan tersebut terselip satu pendapat bahwa penelitian kualitatif lebih mentereng dibandingkan dengan penlitian kuantitatif yang dipandang sudah kuno. Tentu saja pandangan seperti ini tidak dapat diterima begitu saja. Suatu pandekatan atau metode ilmiah, juga yang ada dalam penelitian tentu tidak terlepas dari kebaikan dan kelemahan, keuntungan dan kerugian. Oleh karena itu, untuk dapat memberi pertimbangan dan keputusan mana yang lebih baik, penggunaan suatu pendekatan terlebih dahulu perlu dipahami masing-masing pendekatan tersebut. “Perjuangan” tumbuhnya penelitian kualitatif tidak dapat dikatakan ringan. Ketika beberapa ahli mencoba memperkenalkan jenis penelitian yang dimulai dari lapangan secara grounded, para peneliti kuantitatif yang sudah muncul terlebih dahulu menetangnya dengan keras. Mereka berpendapat bahwa penelitiaqn kualitatif yang pengumpulan datanya dipandang tidak sistematis, sangat individual, kurang ilmiah, dan sukar dilakukan pelacakan terhadap data yang terkumpul (karena tidak mungkin mengulangi peristiwa yang sudah lampau) juga diragukan hasilnya. Ketika para peneliti kualaitatif telah berhasil meyakinkan prinsip-prinsip keilmiahan dari penelitiannya, terpaksa “tenggelam” sebentar karena kalah dalam publikasi. Namun, akhirnya secara berangsur-angsur nasib penelitian kulaitatif semakin baik. Sejak tahun 1990 pendekatan kualitatif diterima oleh masyarakat ilmiah. Dibandingkan dengahn penelitian tindakan, minculnya penelitian kualitatif dapat dikatakan hampir bersamaan. Jenis penelitian ini dapat dikatakan “meledak” dan menjadi populer ketika buku Lexy Moleong terbit tahun 1998. Sesudah itu banyak sekali penelitian yang dilakukan oleh para para peneliti yang sebetulnya belum terlalu menguasai teori dan ciri-ciri penelitan tersebut secara mendalam. Akibatnya, banyak penelitian yang disebut sebagai penelitan kualitatif, tetapi sebetulnya dapat dikatakan hanya deskriptif saja. Menurut Moleong (2008; 8-12), ada sebelas karekteristik penelitian kulaitatif yang harus dipenuhi, yaitu: 1. Latar ilmiah 2. Manusia sebagai alat 3. Metode kualitatif 4. Analisis data secara induktif 5. Teori dari dasar 6. Deskriptif 7. Lebih mementingkan proses dari pada hasil 8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus 9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data 10. Desain yang bersifat sementara 11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama Dari karakteristik yang cukup banyak tersebut, tideak banyak orang yang memiliki kemampuan yang dipersyaratkan. Mahasiswa S-1 yang akan menyelesaikan studinya dengan membuat skripsi belum memiliki kemampuan yang dituntut oleh penelitian kualitatif tersebut. Jika mereka beranggapan bahwa dapat melakukan penelitian kualitatif, biasanya yang terlaksana hanya penelitian deskriptif. Jika mereka menyebut penelitiannya deskriptif kualitatif, yang dimaksud dengan kualitatif adalah datanya. Menurut teori penelitian kualitatif agar penelitiannya dapat betul-betul berkualitas data yang dikumpulkan harus lengkap , yaitu data primer dan data sekunder. Selanjutnya, untuk mencari informan, peneliti harus berhati-hati, tidak langsung menunjuk satu orang ynag dianggap memahami permasalahan, tetapi mata dan telinga harus dibuka lebar-lebar, sehingga menemukan subjek yang memang paling tahu tentang variabel yang diteliti. Setelah peneliti menemukan informan tentu saja peneliti harus berpikir bahwa responden satu subjek jelas belum cukup. Menurut Moleong (dalam Arikunto, 2013:22), penetuan informan yang lain juga tetap harus berhati-hati, yaitu harus purposive, seimbang disesuaikan dengan tujuan dan hakekat penelitian-penelitian kualitatif. Responden harus subjek yang betul-betul tentang masalah yang dikehendaki dan dapat dipercaya oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif ada dua teknik sampling, yaitu sampling secara internal dan sampling waktu. Sampling internal dilakukan terkait dengan apa yang diteliti, dengan siapa akan melakukan wawancara, kapan dan berapa banyak data yang akan dikumpulkan. Sedangkan sampling waktu menyangkut berapa lama peneliti akan melakukan wawancara dengan subjek. Dengan sifatnya pengumpulan data melalui wawancara mendalam tentu sukar diperhitungkan karena tergantung dari kelancaran wawancara dan kejelian peneliti dalam menggali informasi. Sebenarnya ada persamaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam pengumpulan data. Kedua penelitian tersebut dipandang berkualitas apabila data yang terkumpul cukup lengkap dan hasilnya memberikan makna yang besar bagi perkembangngan ilmu manusia dan kemaslahatan dunia. Jika penelitian kualitatif pengumpulan data yang banyak digunakan untuk pengambilan kesimpulan yang mantap, penelitian kualitatif menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data dalam rangka menegaskan wawasan yang sedang dikembangkan dan menjamin kepercayaan data yang dikumpulkan. Metode yang tepat bagi penelitian kualitatif adalah campuran berbagai sumber data dan berbagai metode. Sumber data dapat berupa manusia, benda, situasi, kejadian atau peristiwa, penampilan dan perilaku oranng (atau makhluk lain seperti hewa), dan berbagai bentuk tulisan, gambar, grafik, serta bentuk-bentuk grafis lainnya. Dengan adanya berbagai sumber data tersebut, maka metode yang digunakan juga harus bermacam-macam, yaitu angket, wawancara, pengamatan, pencermatan, dan lain-lain. Dengan digunakannya berbagai metode tersebut dimungkinkan peningkatan pemahaman fenomena yang dikaji semakin jelas. Dalam penelitian apapun sebenarnya prinsip triangulasi sangat penting adanya. Tri=tiga, angulasi dari angle=sudut. Ada dua cara yang dapat dilakukan oleh peneliti dalam melakukan triangulasi, yaitu: 1. Triangulasi dengan sumber yang sama, tetapi dengan cara atau metode yang berbeda. Contoh: Peneliti inginm mengetahui apakah ketika akan mengajar guru-guru akan menyusun RPP. Mula-mula peneliti mengajukan dengan wawancara. Untuk memantapkan data, peneliti meminjam RPP yang sudah dimiliki oleh guru tersebut. Lebih jauh lagi ketika peneliti ingin memantapkan apakah RPP tersebut disusun sendiri atau merupakan hasil kerjasama dalam KKG atau MGMP, peneliti meminta agar guru yang bersangkutan menyusun lagi RPP untuk KD yang lain. Dengan cara demikian maka data yang diperoleh peneliti menjadi mantap. 2. Triangulasi dengan cara atau metode yang sama, tetapi dengan sumber data yang berbeda. Contoh: Peneliti ingin mengetahui apakah guru IPA memberi kegiatan siswa untuk melakukan percobaan memperhatikan pertumbuhan biji yang tumbuh menjadi kecambah yang makin lama makin tinggi. Untuk memantapkan jawaban tersebut peneliti bertanya kepada kepala sekolah apakah guru merencanakan kegiatan pembelajaran dalam RPP mencantumkan adanya kegiatan percobaan perkecambahan. Jika peneliti belum puas dengan data yang diperoleh melalui wawancara guru dan kepala sekolah, peneliti melanjutkan penelusurannya dengan bertanya kepada siswa yang langsung melakukan percobaan. Selain triangulasi, juga masih ada 3 hal yang harus dilakukan oleh peneliti kualitatif, yaitu: 1) Jejak audit, yaitu melakukan penelusuran dengan maksud memeriksa kembali data yang diperoleh sebelumnya. 2) Bekerja dalam tim (team working) Peneliti kualitatif sebaiknya melakukan kegiatannya dalam sebuah tim agar data yang diperoleh dapat dicermati bersama, sehingga ada konfirmasi antar teman. 3) Member check Apabila penelitian kualitatif dilakukan dalam tim, maka akan terjadi saling tukar pikiran dalam mengumpulkan, menganalisis, dan memaknai data yang terkumpul. Kegiatan member check tidak hanya dilakukan antara anggota tim peneliti, tetapi juga melakukan pengecekan kembali dari sumber data yang terkumpul. Dalam penelitian kualitatif dikenal satu istilah, yaitu ‘audit trail’. Arti audit sudah kita ketahui yaitu memriksa kembali. Dalam kamus istilah trail artinya jalan kecil, jejak atau bekas. Dalam penelitian kualitatif,l audit trail berarti melakukan analisis atau penlusuran kembali semua berkasn yang terkumpul dari rangkaian kegiatan penelitian dan penelusuran tersebut dilakukan bersama dalam bentuk diskusi antar sejawat. Diantara banyak model yang ada dalam penelitian kukalitatif yang dikenal di Indonesia adalah penelitian naturalistic. Penelitian kualitatif biasa dilawankan dengan penelitian kuantitatif dengan alasan bahwa dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya. Namun demikian, tidak berarti dalam penelitian kualitatif ini peneliti sama sekali tidak diperbolehkan menggunakan angka. Dalam hal-hal tertentu, misalnya menyebutkan jumlah anggota keluarga, banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk belanja sehari-hari ketika menggambarkan kondisi sebuah keluarga, tentu saja bisa. Yang tidfak tepat adalah apabila dalam mengumpulkan data dan penafsirannya peneliti menggunakan rumus-rumus statistik. Sebaliknya dalam penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka. Mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut , serta penampilan dari hasilnya. Dengan demikian, pemahaman akan kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila juga disertai dengan tabel, grafik, bagan, gambar atau tampilan lain. Selain data yang berupa angka, dalam penelitian kuantitatif juga ada data berupa angka. Dalam penelitian kuantitatif juga ada data berupa informasi kualitatif. Nama yang di bicarakan ini disebut “kualitatif naturalistik.” Istilah naturalistik menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara ilmiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami. Pengambila data atau penjaringan fenomena dilakukan dari keadaan yang sewajarnya yang dikenal dengan sebutan “pengambilan data secara alami atau natural.” Antara penelitian kuantitatif dan kualitatif terdapat perbedaan yang sifatnya mendasar, meskipun beberapa hal juga memiliki persamaan. Berikut ini disajikan perbandingan singkat dan secara garis besar yang sifatnya umum antara kedua jenis penelitian. Untuk sekadar memberikan pengantar dan gambaran kedua jenis penelitian tersebut. Penjelasan tentang bagian-bagian yang dipandang perlu diberikan secara terpisah dalam uraian yang lebih panjang. Tidak sedikit mahasiswa yang maksudnya melakukan penelitian kualitatif, tetapi yang terjadi sebenarnya hanya penelitian deskriptif. Oleh karena itu ketika mereka menyebutkan proses analisis data menjadi tidak jelas. Mereka menyebutkan adanya reduksi, tetapi hanya berhenti sampai pada penyebutan proses saja, tanpa menjelaskan apa yang mereka lakukan. Dalam penelitian kualitatif, makna “reduksi” adalah mengurangi. Dalam proses ini reduksi data merupakan proses penyelesaian, penyederhanaan, pemfokusan, pengabstraksian, dan pentransformasian data. Reduksi data dilakukan secara berkesinambungan mulai dari awal pengumpulan data sampai selesai. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam reduksi ini ada lima langkah, yaitu (1) memilih data melalui pemusatan perhatian, (2) menyederhanakan, (3) melakukan pengkodean, (4) pengkategorisasian, dan (5) pembuatan memo. Inti dari reduksi data adalah menyiapkan dan mengolah data dalam rangka penarikan kesimpulan. Agar langkahnya lebih jelas, hal penting yang harus dilakukan oleh peneliti adalah mempertegas, memperpendek, mempertajam, membuang hal-hal yang tidak perlu, dalam arti tidak mendukung kesimpulan. Reduksi data: proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi. Sejak pengumpulan data dimulai: memutuskan kerangka konseptual, wilayah penelitian, permasalahan penelitian dan penentuan metode. Selama pengumpulan data sudah menentukan tema, membuat gugus-gugus, menulis memo. Dalam melakukan pengkodean semua data diberi kode, misalnya untuk hasil pengamatan kelas, kode (1) untuk siswa aktif, kode (2) untuk siswa bertanya, kode (3) untuk siswa mengantuk, kode (4) untuk ramai, dan sebagainya. Agar peneliti lain dapat memanfaatkan data peneliti, pengkodean dilakukan dengan cermat dan jelas. Proses transferabilitas data sangat penting dijaga dan diupayakan oleh peneliti agar penambahan ilmu pengetahuan menjadi semakin marak. Jenis-jenis penelitian kuantitatif dapat dibedakan dari keberadaan data yang diteliti, sudah tersedia atau baru akan ditimbulkan. Jika data sudah ada (dalam arti tidak sengaja ditimbulkan) dan peneliti tinggal merekam, maka penelitiannya bukan eksperimen. Sebaliknya jika peneliti ingin mengetahui gambaran tentang data secara sengaja ditimbulkan, maka penelitiannya berbentuk eksperimen. Penelitian non eksperimen yang banyak dilakukan berbetuk antara lalin: (1) penelitian deskriptif, (2) eksploratif, (3) survei, (4) penelitian evaluasi. Penelitian eksperimen dapat berbentuk eksperimen dalam berbagai desain, dan penelitian tindakan. Analisis data penelitian non eksperimen dapat dilakukan dengan menggunakan rumus statistik, dapat juga hanya statistik sederhana dalam bentuk rerata, simpangan baku, tabulasi silang, dan disajikan dalam bentuk tabel, bagan, atau grafik. Apakah dasar filosofis dari penelitian kualitatif itu? Sekurang-kurangnya ada empat dasar filosofis yang berpengaruh dalam penelitian kualitatif, yaitu antara lain: 1. Fenomenologis, yang berpendapat bahwa kebenaran sesuatu itu dapat diperoleh dengan cara menangkap fenomena atau gejala yang memancar dari objek yang diteliti. Apabila peneliti melakukan penangkapan secara profesional, maksimal dan bertanggung jawab, maka akan dapat diperoleh variasi refleksi dari objek. Bagi objek manusia, gejala dapat berupa mimik, pantomimik, ucapan, tingkah laku, perbuatan, dan lain-lain. Tugas peneliti adalah memberikan interpretasi terhadap gejala tersebut. 2. Interaksi simbolik, yang merupakan dasar kajian sosial yang sangat berpengaruh dan digunakan dalam penelitian kualitatif. Beberapa ahli yang terkenal antara lain John Dewey dan Blumer H. Ahli yang kedua ini menyempurnakan pandangan interaksi simbolik dengan membagi tiga prinsip arti simbol yang diberikan oleh responden. Ketiga prinsip atau premis yang dimaksud adalah sebagai berikut ini. a. Dasar manusia bertindak adalah untuk memenuhi kepentingannya. b. Proses suatu tindakan seseorang pada prinsipnya merupakan produk atau hasil proses sosial ketika orang tersebut berinteraksi dengan orang lain. c. Manusia bertindak dipengaruhi oleh fenomena lain yang muncul lebih dulu atau bersamaan. 3. Kebudayaan sebagai suatu yang merupakan hasil budi daya manusia yang mewujud dalam tingkah laku atau benda, bahasa, simbol, dan lain-lain. 4. Antropologi yaitu dasar filosofis yang fokus pembahasannya berkaitan erat dengan kegiatan manusia, baik secara normatif maupun historis. Dapatkah kita mengenali ciri-ciri atau karakteristik penelitian kualitatif? Dari perbandingan singkat yang sudah disajikan, berikut ini disampaikan karakteristik penelitian kualitatif naturalistik, yaitu sebagai berikut ini. 1. Mempunyai sifat induktif yaitu pengembangan konsep yang didasarkan atas data yang ada, mengikuti desain penelitian yang fleksibel sesuai dengan monteksnya. 2. Melihat setting dan respon secara keseluruhan atau holistik. Dalam hal ini peneliti berinteraksi dengan responden dalam konteks yang alami, sehingga tidak memunculkan kondisi yang seolah-olah dikendalikan oleh peneliti. 3. Memahami responden dari titik tolok pandangan responden sendiri. Hal-hal yang dialami peneliti tentang responden menyangkut lima komponen, yaitu; (a) jati diri, (b) tindakan, (c) interaksi sosialnya, (d) aspek yang berpengaruh, dan (e) interaksi tindakan. 4. Menekankan validitas penelitian pada kemampuanj peneliti. 5. Menekankan pada setting alami. Penelitian kualitatif sangat menekankan pada perolehan data asli. 6. Mengutamakan proses dari pada hasil. 7. Menggunakan non probabilitas sampling. Ada empat teknik sampling yang disarankan, yaitu: a. Accidental sampling, yaitu mengambil sampel dengan pertimbangan tertentu yang tidak dirancang pertemuannya terlebih dahulu. b. Purposive sampling, yaitu menetukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal. c. Cluster-quota sampling, yaitu memilih sejumlah responden dari wilayah tertentu sampai batas data yang diinginkan terpenuhi. d. Snowball sampling, yaitu peneliti memilih responden secara berantai. 8. Peneliti sebagai instrumen. 9. Menganjurkan penggunaan triangulasi, yaitu penyilangan informasi yang diperoleh dari sumber, sehingga pada akhirnya hanya data yang absah saja yang digunakan untuk mencapai hasil penelitian. 10. Menguntungkan diri pada tekniki dasar studi lapangan. Karakteristik ini diambil dari teori yang dikemukakan oleh Guba dan Lincohn (1985) yang mengatakan bahwa kebenaran itu dapat diperoleh hanya dari lapangan, yaitu merefleksikan kondisi sebenarnya yang ada di lapangan tersebut. 11. Mengadakan analisis data sejak awal. Beberapa dengan analisis data pada penelitian kuantitatif yang dilakukan setelah semua data terkumpul. Peneliti kualitatif naturalistik diharapkan sejak awal pengumpulan data sudah langsung menganalisis data dengan mengadakan interpretasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. REFERENSI Arief, Furchan. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Daniel, A. 2012. Jenis-jenis, Konsep, dan Langkah Kerja Penelitian [Online]. Tersedia: