Siswa wawancara dengan nara sumber sebagai kontekstual nyata pembelajaran. |
Pendidikan di
sekolah umumnya mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama mempersiapkan siswa
untuk memasuki jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi dan kedua untuk
mengembangkan manusia yang literat ilmu dan teknologi yang membantunya
mengembangkan diri untuk hidup dalam masyarakat sesuai dengan perkembangan ilmu
dan teknologi yang berlaku.
Memang selama
ini telah dilakukan berbagai upaya untuk menyiapkan siswa agar siap hidup dalam
masyarakat dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat. Dengan pembelajaran kontekstual siswa
diharapkan dapat memperkuat, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan akademisnya dalam berbagai kondisi di lingkungan sekolah maupun
luar sekolah dalam rangka memecahkan
permasalahan yang disimulasikan maupun permasalahan nyata.
Pembelajaran kontekstual merupakan bagian dari kerangka
pendidikan yang dapat digunakan guru untuk membantu siswa membuat pembelajaran
menjadi lebih bermakna bagi siswa. Guru memilih konteks pembelajaran yang tepat
bagi siswa dengan cara mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan
lingkungan di mana anak itu hidup serta budaya yang berlaku dalam masyarakat.
Jadi penyajian pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam silabus dilakukan dalam
keterkaitan apa yang dipelajari dalam kelas dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Karenanya, guru memilih konteks dan merancang pembelajaran yang kondusif untuk
belajar yaitu yang terintegrasi (saling berkaitan), interdisipliner (dipandang
dari berbagai bidang ilmu), dan mencerminkan situasi kehidupan nyata.
Melalui
pembelajaran kontekstual diharapkan siswa dapat berlatih mengenal diri sendiri
(personal skills) menekankan keterampilan berpikir tingkat tinggi (thinking
skills), melakukan transfer pengetahuan lintas disiplin akademik, dan berlatih
mengumpulkan, menganalisis, mensintesis informasi dan data dari berbagai sumber
dan dengan berbagai sudut pandang (academik skills). Penggunaan pembelajaran kontekstual
memiliki potensi juga untuk tidak hanya mengembangkan ranah pengetahuan dan
keterampilan proses siswa, tetapi juga mengembangkan sikap, nilai, serta
kreativitas siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui
interaksi dengan sesama siswa misalnya melalui pembelajaran kooperatif sehingga
juga mengembangkan keterampilan social (social skills).
Menurut
Nortwest Regional Education Laboratory
(University of Washington, 2001) dalam Sari Buku layanan Pendidikan
Berbasis Luas Tingkat SMU oleh Depdiknas (2002: 7-9), bahwa terdapat enam
elemen utama pembelajaran kontekstual, yaitu :
1. Pembelajaran bermakna
2. Penerapan pengetahuan
3. Pemikiran tingkat tinggi
4. Kurikulum yang berhubungan dengan standar
5. Responsif terhadap budaya
6. Penilaian autentik
Selain itu
perlu juga diperhatikan strategi-strategi pembelajaran kontekstual menurut
Blanchard dalam Nur, 2001 (dalam Sari Buku layanan Pendidikan Berbasis Luas
Tingkat SMU oleh Depdiknas (2002: 12) diidentifikasi adanya enam strategi
pembelajaran kontekstual sebagai berikut ;
1. Menekankan pada pemecahan masalah
2. Menyadari kebutuhan akan pengajaran dan
pembelajaran yang terjadi dalam berbagai konteks seperti dirumah, masyarakat
dan pekerjaan
3. Mengajar siswa memonitor dan mengarahkan
pembelajaran mereka sendiri sdehingga mereka menjadi pebelajar mandiri
4. Mengkaitkan pengajaran pada konteks kehidupan
siswa yang berbeda-beda
5. Mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman
dan belajar bersama
6. Menerapkan penilaian autentik.
Menurut
DR. Nurhayati, bahwa : “Seorang guru harus selalu mencari, menemukan dan
menikmati sejumlah metode dan pendekatan dalam pembelajaran”. Sehingga
Pembelajaran kontekstual diharapkan menjadi metode yang tepat dan relevan
secara fungsional bagi seluruh siswa dalam mengembangkan kreativitas belajar
dan pembelajaran siswa di sekolah. (*/Penulis: Takdir Kahar, S.Pd.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar