Rabu, 22 Mei 2013

PENGUATAN AKAR BUDAYA BANGSA



Dari waktu ke waktu, kebudayaan selalu mengalami perubahan. Terlebih terhadap kebudayaan masyarakat juga mengalami pertemuan saling silang dengan kebudayaan masyarakat atau kelompok masyarakat lain.  Seiring dengan perjalanan waktu, lambat laun akan terus bergerak dan menggerogoti kebudayaan-kebudayaan dan mengikis kemurnian budaya di tengah masyarakat. Tidak tertutup kemungkinan dalam keragaman kebudayaan akan hilang makna dan pada akhirnya akan keluar dari bingkai budaya.
Mengantisipasi kondisi tersebut, perlu penguatan akar kebudayaan untuk tetap berada dalam lingkaran budaya yang sesungguhnya. Masyarakat sebagai penganut budaya bangsa, harus memiliki kekuatan penuh untuk dapat memilih dan memilah  terhadap gempuran budaya luar yang terus menggembosi kebudayaan-kebudayaan masyarakat.
Sekadar diketahui bahwa kebudayaan hanya dimiliki oleh masyarakat manusia yang tidak diturunkan secara cepat, tetapi diperoleh melalui proses belajar. Kebudayaan didapat, didukung, dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan juga merupakan pernyataan atau perwujudan dari kehendak, perasaan, dan pikiran manusia.
Memaknai kebudayaan yang sesungguhnya ibarat bulan yang menyinari jagad bumi. Sama dengan petuah leluhur masyarakat Bugis dan Makassar yang bunyinya ”Malilu Sipakainga, dan Mali Siparappe”.  Artinya saling mengingakan kepada sesama manusia untuk tidak saling melupakan, serta saling membantu dan menolong kepada sesama manusia.  Konsepsitas  petuah tersebut telah mendarahdaging dalam runutan budaya masyarakat Bugis dan Makassar. Tidak mengherankan bila simpatisme dan sosialisme menjadi pilar budaya yang utama di tengah-tengah masyarakat.
Kita dapat melihat dalam kehidupan sehari - hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan, tetapi mereka belum paham arti  kebudayaan itu sendiri. Setiap hari orang melihat, mempergunakan dan bahkan kadang - kadang merusak kebudayaan. Mereka tidak menyadari bahwa kebudayaan itu merupakan warisan dari nenek moyang yang seharusnya kita lestarikan.
Dalam kehidupan yang lebih maju dan modern saat ini telah menyadarkan banyak orang bahwa kebudayaan mempunyai peranan dan kedudukan penting dalam proses pembangunan. Proses perubahan kebudayaan itu berjalan terus - menerus dan berkesinambungan. Setiap masyarakat akan mengalami perubahan baik secara lambat maupun secara cepat. Kesadaran itu muncul bukan semata - mata karena banyaknya masalah - masalah sosial budaya yang timbul tetapi pendekatan kebudayaan tampaknya lebih berkemampuan.
Kebudayaan sebagaimana diterangkan di atas, dimiliki oleh setiap masyarakat. Perbedaannya terletak pada kebudayaan masyarakat yang satu lebih sempurna daripada kebudayaan masyarakat lain di dalam perkembangannya untuk memenuhi segala keperluan masyarakat. Misalnya sejak zaman dahulu manusia telah melakukan berbagai aktifitas yang membudaya atau turun temurun dari generasi ke generasi. Baik manusia berkebudayaan kuno ataupun modern, semuanya bekerja guna bertahan hidup. Yang membedakan hanya jenis - jenis pekerjaan yang dilakukan.
Satu hal yang perlu diketahui, kebudayaan dihasilkan manusia dalam usahanya mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan, dan meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala keterbatasan kelengkapan jasmaninya serta sumber - sumber alam yang ada disekitarnya. Atas dasar itu, kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap tantangan - tantangan yang dihadapi dalam proses penyesuaian diri mereka dengan lingkungan.
Secara sederhana seperti yang biasa kita lihat yaitu kesenian. Kesenian dapat diartikan sebagai hasrat manusia terhadap keindahan. Bentuk keindahan yang beraneka ragam itu timbul dari permainan imajinasi kreatif yang dapat memberikan kepuasan batin bagi manusia. Dalam bahasa kesenian, manusia tidak berbicara dengan pikirannya melainkan langsung mengadakan komunikasi dengan perasaannya. Pada saat itu terpancarlah satu kegairahan kreasi spontan yang membawa seniman keluar dari kehidupan sehari - hari dan masuk ke dalam dunia yang penuh keindahan, kebesaran, kegirangan, akan tetapi juga penuh dengan kesedihan.
Supaya hasrat manusia akan keindahan itu tersalurkan dan dapat dinikmati, maka kesenian harus menjelma dalam sebuah bentuk nyata. Setiap masyarakat memiliki bentuk kesenian yang berbeda sesuai dengan keadaan masyarakatnya. Kesenian yang berkembang dalam kelompok masyarakat perkotaan berbeda dengan masyarakat pedesaan. Kesenian masyarakat modern berbeda pula dengan kesenian masyarakat tradisional. Perbedaan tersebut disebabkan antara lain oleh sistem nilai, kondisi alam dan lingkungan, serta tatanan sosial - budaya.
Selain dari pada itu kita lihat dari pakaian. Pada awalnya motivasi orang memakai pakaian adalah untuk melindungi badan dari cuaca panas dan dingin. Ketika itu bentuk pakaian amat sederhana. Bahannya bisa berasal dari kulit tumbuhan, kulit binatang, bahkan dedaunan.
Seiring berkembangnya pola pikir manusia, lambat laun motivasi tentang berpakaian pun berubah. Bahan pakaian yang berasal dari alam mulai ditinggalkan dan beralih kepada bahan - bahan yang lebih praktis serta memberi kenyamanan bagi sang pemakai. Bentuk pakaian yang semula asal - salon menutup tubuh, berubah menjadi beragam model pakaian. Mereka seolah tidak puas dengan semua itu, celana yang dikenakan pun tak jauh dari bajunya. Kesemuanya itu merupakan hasil ciptaan manusia melalui suatu kreatifitas budaya.
Selanjutnya, perkembangan tentang pakaian memasuki wilayah gaya (mode). Dari tahun ketahun model pakaian terus berkembang. Pengembangan bahan juga terus berlangsung demi menemukan pakaian yang paling nyaman dikenakan. Akhirnya, berkembanglah industri - industri pakaian yang mencoba menawarkan produknya kepada para konsumen.
Rentetan peristiwa tersebut merupakan contoh dinamika kebudayaan. Pandangan tentang pakaian selalu bergerak mengikuti arus keinginan masyarakat. Hal tersebut tidak mengejutkan, mengingat dinamika seperti ini juga terjadi pada kebudayaan yang lain.
Dari contoh di atas, masih ada contoh lain yang berkembang pada kebudayaan Indonesia. Kita dapat lihat dari segi agama (religi). Asal mula terjadinya atau terbentuknya religi dalam masyarakat adalah adanya keyakinan akan adanya kekuatan sakti dalam hal - hal yang luar biasa dan gaib. Keyakinan akan adanya kekuatan sakti yang tidak tercerap indra itu kemudian meluas menjadi keyakinan bahwa segala hal yang diperlukan manusia dalam kehidupannya, seperti tumbuh - tumbuhan dianggap memiliki jiwa dan dapat berpikir seperti manusia. Setelah itu, berkembang lagi keyakinan tentang adanya berbagai macam roh yang seakan - akan memiliki identitas serta kepribadian sendiri - sendiri (animisme dan dinamisme). Selanjutnya, keyakinan itu berkembang menjadi keyakinan akan adanya berbagai macam dewa yang menjadi penyebab dari segala adat istiadat dan kepandaian manusia. Pada akhirnya keyakinan itu berkembang menjadi keyakinan akan adanya suatu zat yang menguasai alam semesta. Dari titik inilah agama - agama besar di dunia seperti Kristen dan Islam mulai berkembang. 
Didalam pengalaman manusia, kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia, walaupun hal itu jarang disadari oleh manusia sendiri. Gejala tersebut secara singkat dapat diterangkan dengan penjelasan bahwa walaupun kebudayaan merupakan atribut manusia. Namun tak mungkin seseorang mengetahui dan meyakini seluruh unsur kebudayaannya. Betapa sulitnya bagi seorang individu untuk menguasai seluruh unsur - unsur budaya yang didukung oleh masyarakat. Sehingga, seolah - olah kebudayaan dapat dipelajari secara terpisah dari manusia yang menjadi pendukungnya. Jadi perubahan budaya sebenarnya merupakan suatu proses yang wajar terjadi dalam kehidupan masyarakat. Namun demikian, sering terjadi pada kasus - kasus tertentu, perubahan tersebut menimbulkan adanya sikap setuju dan tidak setuju dari individu atau kelompok masyarakat tertentu.   
Selain itu, kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota - anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri yang tidak selalu baik baginya. Kecuali itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik dibidang spiritual maupun materiil. Kebutuhan - kebutuhan masyarakat tersebut di atas, untuk sebahagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagian besar, oleh karena kemampuan manusia sangatlah terbatas, dengan demikian kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Semua budaya diteruskan dan diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya melalui proses belajar, bukan diwariskan secara biologis. Artinya, seorang anak tidak akan secara otomatis pandai berbicara, terampil bermain dengan sesama anak sebayanya, atau patuh akan segala tradisi yang terdapat pada lingkungan sosial budayanya.
Melalui proses panjang, seorang individu semenjak dilahirkan akan belajar berintegrasi dengan lingkungan sosialnya. Ia juga akan belajar menyatukan dirinya dengan lingkungan budayanya. Di samping itu, melalui pengembangan budaya yang dilakukan, manusia mampu membentuk berbagai tipe adaptasi sesuai dengan potensi alam yang tersedia.
Berdasarkan proses kebudayaan di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya isangat mudah kita lakukan, tetapi harus ada komitmen dan kemauan besar menyertainya. Dengan demikian sistem nilai dan gagasan dari budaya tersebut dapat dihayati betul oleh pendukung budaya dalam kurun waktu tertentu.
Tidak terkecuali sebagai generasi penerus bangsa untuk lebih proaktif mengembangkan budaya bangsa Indonesia, sehingga nantinya dapat terjaring semua motivasi dan pola pikir ke arah yang lebih baik dan lebih cerah serta bisa dihasilkan berbagai karya berdasarkan nilai, cara berpikir, dan pola tingkah laku yang berbudaya. Dengan demikian, akar kebudayaan tetap berkembang dan lestari sebagai perwujudan keragaman bangsa dalam bingkai budaya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar